kepercayaan diri dibangun oleh dirikita sendiri, namun seseorang pasti pernah yang namanya tidak percaya diri, biasanya kelemahan atas diri kita menjadi hal yang membuat rasa percaya diri itu hilang.
Pernahkan kamu merasa tidak percaya diri?
Aku pernah merasa tidak percaya diri ketika masih duduk di bangku SMA. masa remaja yang seharusnya menyenangkan, masa dimana yang seperti kata sebagian orang bahwa masa itu tidak akan pernah dilupakan. Dan memang, sampai saat ini aku bahkan masih belum bisa melupakannya.
Bermula dari ditinggalnya kami sekeluarga oleh bapak. Seorang bapak yang selama ini menjadi tulang punggung untuk keluarga kecilnya, pergi untuk selama lamanya. Bapak tidak meninggalkan banyak harta seperti orang orang diluaran sana, tapi untungnya beliau masih meninggalkan sebuah rumah mungil untuk kami tempati sehingga kami tidak perlu ngontrak rumah.
Dulu sewaktu masih ada bapak, ibu hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Ibu hanya mengurus rumah dan empat anak yang masih kecil kecil. Tapi kini, ibu juga harus mencari nafkah agar bisa menghidupi dia dan juga kami, anak anaknya.
Ibu hanyalah lulusan sekolah dasar ( SD ), oleh karenanya ibu susah untuk mendapat pekerjaan. Mau buka warungpun butuh modal yang lumayan besar, dan ibu tidak punya uang tabungan lagi karena hampir semua tabungan habis untuk berobat bapak di rumah sakit karena penyakitnya. Penyakit Bapak adalah penyakit jantung yang rutin harus terus menerus kontrol dan kadang sewaktu waktu bisa kumat.
Uang yang tersisa hanya bisa ibu gunakan sebagai modal dagang sayur keliling, itupun tidak banyak yang di dagangkan. hanya satu buah wadah baskom saja. ya, hanya sedikit saja, karena memang hanya sedikit pula uang uang tersisa.
Melihat kondisi seperti itu, aku memutuskan untuk mengikuti ajakan bibi tinggal dirumahnya. Manemani bibi dirumahnya adalah pilihan yang aku ambil, agar aku tidak menjadi beban ibu ku saat itu. terlebih karena aku masih ingin sekolah, dan melanjutkan sekolahku.
Memasuki masa SMA, dengan kondisi seperti yang sudah aku jelaskan tadi membuat rasa percaya diriku hilang. Ya, aku rendah diri saat itu, bahkan aku ga berani berkenalan dengan mereka, teman teman SMA ku, kecuali mereka yang mau mengenalkan diri dulu kepadaku. Aku takut bila aku yang memulai, mereka akan menolak.
Melihat teman teman yang lain hidup bekecukupan, kadang aku merasa iri. Mereka bisa hidup senang dan nyaman karena orang tua mereka. Seandainya bapak masih ada, mungkin aku masih bisa seperti mereka, merasakan kesenangan dan kenyamanan.
Karena anak anak bibi masih kuliah diluar kota, dan membutuhkan biaya yang besar, maka uang jajan untuk aku hanya Rp. 5.000 perhari. itu jumlah sudah termasuk untuk transportasi ya. Untuk ongkos angkutan pulang pergi Rp. 3.000 dan jajan disekolah Rp. 2.000,- Aku ingat betul jumlahnya, karena dari sana aku belajar mengelola uang dan belajar bagaimana cara mendapatkan uang jajan tambahan. dengan uang jajan yang hanya sebesar itu.
Dengan hanya jajan sebesar itu, akhirnya aku selalu membawa bekal dari rumah. aku bangun lebih subuh dan memasak nasi untuk aku bawa kesekolah. lauknya hanya yang gampang saja, yang bisa di masak cepat. Dan berbagai olahan telur aku sudah merasakan semuanya.
Melihat hanya aku yang membawa bekal ke sekolah membuat rasa percaya diriku semakin rendah, Sebagian teman teman hanya melihat aku dipojokan kelas, dikursi ku sambil memakan bekal pas waktu istirahat tiba. Entah apa yang mereka pikirkan saat itu, tapi aku tidak menghiraukan mereka.
Rasa percaya diriku hilang ketika aku merasa tidak bisa mengikuti gaya hidup teman temanku. Mereka dengan mudah nya jajan berlebihan, sementara aku tidak. Mereka dengan bangganya membawa hp kesekolah, sementara aku hanya ditemani oleh buku yang aku pinjam diperpustakaan.
Keesokan harinya, saat jam istirahat. Terdengar suara yang mengucapkan “kita makan bareng yuk, aku juga bawa bekal makan” dia adalah Desi, teman pertamaku.
Sejak saat itu, rasa percaya diriku mulai berangsur naik, saat ada seseorang yang mau nemenani dan berbagi cerita dengan ku.